TUKANG KORAN CILIK BERCITA-CITA TINGGI
Selasa, 15 Desember 2015
Di tengah
terik matahari siang di pinggir jalan raya duduk
seorang anak dengan menggunakan baju putih lusuh, celana pendek berbahan jins, dengan
menggunakan topi biru sebagai alas panasnya matahari siang itu. Bocah kecil itu bahkan
tidak menggunakan alas kaki.
Dengan
wajah ramah dan senyuman dibibirnya ia
membawa beberapa Koran di tanganya. Sesekali ia bangun menjajahkan
koran dengan menghampiri para pengendara mobil dan motor yang sedang menunggu
lampu hijau di jalan Martadinata, Wirobrajan,
Yogyakarta.
Tanpa
keluh kesah bocah berumur 6 tahun bernama Lukas ini, bekerja sebagai tukang
koran setiap sepulang sekolah hingga menjelang petang. Ia merelakan waktu bermainnya demi meringankan
pekerjaan ibunya.
Pekerjaan sebagai tukang koran ini merupan
pekerjaan yang baru ditekuninya. Namun hebatnya bocah kelas 1 SD ini memiliki
daya tarik khusus ketika menjual koran dikarenakan usianya yang sangat muda, karena dalam sehari ia
mampu menjual delapan koran, tidak seperti penjual koran pada umumnya yang hanya
dapat menjual tiga sampai empat koran saja dalam sehari. Mengingat kini sudah
di era digital yang semua orang dapat langsung dengan mudah mengakses berita di
gadget masing-masing.
Lukas
adalah anak kedua dari dari empat bersaudara, kakak pertamanya sedang duduk
di bangku Sekolah Menengah Pertama, dan kedua adiknya yang masih kecil-kecil. Di tengah
kesulitan ekonomi keluarga, Lukas membantu mencari nafkah semampunya.
Pendapatan ayahnya yang bekerja sebagai tukang parkir dan ibunya sebagai
penjual koran juga, tentunya tidak cukup untuk membiayai kehidup sehari-hari.
Walaupun
dengan umurnya yang masih sangat dini ini dia sudah menjadi penjual koran,
namun Lukas tetap rajin ke sekolah karena ia mempunyai cita-cita yang sangat
tinggi yaitu menjadi seorang tentara. Ia
mempunyai cita-cita tinggi untuk memajukan indonesia dan membantu banyak orang.
“saya mau nolongin orang-orang yang kebanjiran” ujarnya sambil mengangkat
wajahnya dengan semangat.
Jika
senja telah tiba ia pulang untuk beristirahat dan bermain di rumahnya. Jika
koran belum habis ia melanjutkkan pekerjaanya esok hari, dan uang hasil jualan
koran itu untuk ditabung sebagai uang tambahan untuk ia sekolah. “Uang hasil jualan koran
buat bayar sekolah” ujarnya sambil menghitung uang-uang yang telah ia dapatkan.
Nasib
Lukas hanya segelincir cerita anak-anak yang berjiwa kuat, walau di usia yang
sangat dini ia mampu bekerja untuk membantu kehidupan ekonomi keluarga. Meski
terlahir dari keluarga yang kurang mampu secara ekonomi ia tetap memiliki
cita-cita yang tinggi. Ia inggin membangun indonesia agar lebih maju.
Cara
pemikiran mereka yang lebih dewasa dibandingkan anak kecil lain seumurannya.
Keinginannya dan rasa empatinya yang tinggi untuk membantu orang lain, juga
rasa kepercayaan dan optimisme yang tinggi.
Menunjukkan bahwa ia merupakan anak yang kuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar